Thursday, July 02, 2009

JEBAKAN AMAL

Pak Ustadz tersipu-sipu. Ia benar-benar tak mampu menahan rasa malu sekaligus bangganya. Di hadapan jamaah yang kebanyakan ibu-ibu, salah seorang jamaah memuji habis-habisan akhlak Pak Ustadz.

"Pak Ustadz, saya ingin anak-anak saya nantinya seperti Pak Ustadz. Alim, lembut, tidak suka marah, baik kepada semua orang, dan disayangi para jamaah," cetus ibu muda yang berkerudung putih itu.

Mulanya Pak Ustadz terkejut dengan pernyataan ibu itu. Karena setelah selesai memberikan kajian, para ibu sebenarnya diminta mengajukan pertanyaan. Namun, yang keluar dari ibu itu malah sebuah pujian.

"Pak Ustadz, zaman sekarang sulit sekali kita mencari teladan. Di televisi, koran, kita sering menjumpai orang yang baik. Ia santun. Suka menolong. Perhatian terhadap rakyat. Eh, tak tahunya ia seorang koruptor."

Pak Ustadz membiarkan ibu itu terus berbicara.

"Ada pula orang terkenal. Ia layak jadi panutan. Halus budinya. Pintar otaknya. Tinggi ilmunya. Tak tahunya ia suka sekali melakukan kekerasan terhadap anak istrinya. Keluarganya hancur. Istrinya kabur. Anaknya lebur."

Para ibu tergelak mendengar ibu itu. Si ibu bertambah semangat.

"Pak Ustadz, saya tidak mau tertipu dengan televisi atau koran. Saya juga tidak mau tertipu dengan omongan orang. Saya telah lama mengikuti kajian Pak Ustadz. Dan menurut saya, hanya Pak Ustadz yang pantas menjadi teladan di mata kami semua. Ibu-ibu di sini...."

Tepuk tangan menggemuruh. Para ibu bersorak sorai. Mereka mengamini perkataan ibu berkerudung putih itu. Pak Ustadz menjadi salah tingkah.

"Ibu, mohon pertanyaan saja...."

"Oh, saya tidak akan bertanya, Pak Ustadz, " ucap ibu itu terus-terang. "Saya hanya ingin mengucapkan bahwa kita semua sebenarnya telah kehilangan figur teladan. Hanya Pak Ustadz yang sebenarnya layak menjadi teladan bagi kami semua."

Pernyataan ibu itu telah sungguh meninabobokan Pak Ustadz. Ia menjadi tidak fokus. Untung sekali itu terjadi sebelum ia menutup acara pengajian. Kalau tidak bisa
berabe nantinya. Bisa-bisa acara pengajian bubar sebelum waktunya gara-gara ustadnya grogi abis.

Sepulang dari pengajian itu, Pak Ustadz tercenung. Benarkah ia seperti yang ibu itu bayangkan? Benarkah ia seorang ahli ibadah? Benarkah ia seorang ahli ilmu? Pak Ustadz tersenyum. Di hatinya terselip rasa bangga yang susah ia tepis.

Tiba-tiba sebuah suara dari kedalaman mengusir keras senyum Pak Ustadz.

"Ahli ibadah kerap terjerembab oleh sikap
ghuluw, berlebih-lebihan dalam beribadah. Ahli ilmu sering terjebak pada sikap riya, sombong sehingga merasa dirinya paling benar. Berhati-hatilah...."

Pak Ustadz terkaget-kaget. Mulutnya segera berucap, memohon ampun kepada Sang Khalik. * * *

No comments: