Friday, July 03, 2009

JIHAD HUJAN (II)

Irfan benar-benar tak mampu menyembunyikan perasaannya. Peristiwa mengantarkan Pak Ustadz berdakwah di kampung Karangsari membuatnya agak bergidik. Bukan ngeri, tapi takjub. Seumur-umur ia baru pertama kali mengalami kejadian seperti itu.

"Jadi, kamu tidak kehujanan sampai di sana?" tanya Marwan.

"Heeh! Aku juga bingung!" jawab Irfan masih juga dengan kebingungannya.

Sore itu, teras di rumah Irfan sumpek. Penuh ketidakpercayaan. Irfan harus menjelaskan kepada semua yang hadir. Teman-temannya. Ada Marwan yang hobi sekali adzan. Jafar yang bercita-cita mati di medan jihad. Juga Akmal si penggiat ilmu. Mereka tumplek demi mendengarkan cerita menakjubkan dari Irfan.

"Reaksi Pak Ustadz bagaimana saat itu?" selidik Marwan.

"Yah, biasa saja...." terang Irfan.

"Maksud kamu?"

"Ya biasa. Pak Ustadz tidak kaget dengan peristiwa itu. Sepertinya ia sudah biasa mengalami hal itu. Pak Ustadz juga hanya tersenyum saat beberapa orang kebingungan menyaksikan kejadian itu."

Marwan mengangguk-angguk. Ia mulai sedikit mengerti. Tapi, tidak dengan Jafar. Ia masih penasaran dengan Pak Ustadz.

"Apa sebelumnya Pak Ustadz baca doa-doa sebelum ia menembus hujan lebat itu?"

"Tidak. Ia hanya berucap singkat. Bismillah."

"Jangan-jangan Pak Ustadz memelihara jin. Sebab bagaimana mungkin hujan deras itu tidak mampu membasahi tubuhnya. Ajaib sekalikan?"

Semua mata memandang ke arah Jafar. Mereka tidak menyangka Jafar berkata seperti itu. Soalnya, selama ini Pak Ustadz justru sangat melarang para jamaah pengajiannya untuk "bergaul" atau mencoba bergaul dengan makhluk halus. Jadi tidak mungkin Pak Ustadz memelihara jin.

"Oh, maaf. Maaf, "cetus Jafar menyadari kekeliruannya. "Soalnya aku juga bingung
kok Pak Ustadz bisa seperti itu. Kayak orang sakti saja."

"Menurutku itu karomah."

Kali ini semua pandangan tertuju kepada ucapan Akmal. Karomah?

"Bagaimana kamu tahu itu karomah?"

Irfan, Marwan, dan Jafar menunggu jawaban Akmal. Giliran Akmal sekarang memandang lurus ke arah Irfan. Irfan jadi bingung.

"Saat kamu dan Pak Ustadz pulang dari pengajian masih hujan?" tanya Akmal.

"Masih. Tapi hanya gerimis..." jawab Irfan.

"Apa kamu dan Pak Ustadz basah terkena air?"

Irfan mengingat-ingat kejadian itu. Ia ingat benar baju dan celananya agak basah karena air gerimis terus menerpa badannya. Pak Ustadz juga demikian.

"Iya. Aku basah. Juga Pak Ustadz."

Yup! Akmal menjentikkan jarinya. Bibirnya tersenyum. Tapi, senyuman Akmal malah membuat teman-temannya bertambah bingung.

"Kok senyum-senyum?" protes Jafar.

"Lho kalian bagaimana?! Bukankah Pak Ustadz sendiri yang pernah menerangkan bahwa karomah bisa diterima siapa saja asal ia terus berusaha mendekat kepada Allah. Tapi, Pak Ustadz pula yang menjelaskan kalau karomah hanya bisa diterima satu kali pada satu kejadian. Kalau berkali-kali itu pasti perbuatan jin...."

Semua mendengar penjelasan Akmal dengan penuh perhatian. Mereka baru ingat, iya Pak Ustadz memang pernah menerangkan hal itu. * * *

No comments: