Friday, July 10, 2009

KENAPA ISLAM?

Usai sholat Jum'at. Hari yang panas tidak menyurutkan langkah Pak Ustadz untuk meluncur ke pasar. Tak perlu heran karena jalan pulang menuju rumah memang melewati pasar. Pak Ustadz suka sekali dengan pasar.

Di pasar Pak Ustadz menyapa ramah siapa saja. Dengan senyum sedikit, tentu. Bukankah senyum adalah bagian dari ibadah? Tapi, bukan itu sebenarnya tujuan utama Pak Ustadz. Di pasar Pak Ustadz dapat belajar apa saja kepada orang-orang yang ditemuinya.

"Ibu, kenapa ibu memeluk agama Islam?" tanya Pak Ustadz kepada seorang ibu yang lagi asyik memilih pakaian anak. Ibu muda berkerudung biru itu tersenyum. Malu. Ia bingung hendak menjawab apa.

"Ah, Pak Ustadz pertanyaannya ada-ada saja. Bingung ibu ini menjawabnya," timpal si ibu penjual baju yang sepertinya sudah kenal akrab dengan Pak Ustadz.

Pak Ustadz mengalihkan pertanyaannya kepada seorang penjual pisang ambon yang nongkrong di depan kios ibu penjual baju tadi.

"Pak, kenapa bapak beragama Islam?"

Sama seperti ibu yang sedang memilih baju, bapak penjual pisang itu juga kebingungan. Ia hanya memegang kopiah hitamnya yang sudah terlihat lusuh. Katanya,

"Wah bingung, Pak. Saya bingung mau jawab apa.
Wong sudah sejak dulu keluarga saya Islam. Kakek Islam, bapak Islam, ya saya juga Islam. Turun temurun Pak Ustadz, jadi saya tinggal ikut."

Pak Ustadz manggut-manggut. Ia berusaha mengerti. Penjual pisang itu ditepuk-tepuknya dengan akrab. Bahkan tanpa canggung Pak Ustadz memeluknya dengan akrab.

Pak Ustadz melangkah lebih jauh. Ia lalu menghampiri seorang pemuda berambut gondrong yang menggunakan kaos hitam bertuliskan "Jihad". Pak Ustadz tersenyum senang. Ada semangat Islam pada dada anak itu.

"Dik, apa alasan Anda memeluk agama Islam?" tanya Pak Ustadz seramah mungkin.

Pemuda itu tersenyum. Ia memandang Pak Ustadz dengan pandangan menyelidik.

"Bapak lebih tahu daripada saya tentang Islam. Kalaupun Bapak bertanya, saya tidak akan mampu menjawab pertanyaan Bapak dengan memuaskan."

"Tentang kaos itu...."

"Oh, saya tidak peduli dengan tulisannya, Pak. Saya suka kaos ini karena saya tertarik dengan desainnya. Unik dan artistik. Bapak suka?"

Hari ini Pak Ustadz disadarkan. Dakwah memang tidak boleh berhenti, terus berlanjut. Pak Ustadz tersenyum sendiri. Langkahnya di jalan dakwah semakin pasti. Allahu Akbar, desisnya. * * *

No comments: