Tuesday, July 07, 2009

"I LIKE MONDAY"

Hari Senin. Matahari merekah cerah. Pak Ustadz asyik mengelap motor kesayangannya. Sepeda motor bebek tahun 80-an. Di tangan Pak Ustadz sepeda motor lawas itu masih terlihat kinclong. Jangan heran! Karena Pak Ustadz tak pernah lelah mencintainya.

"Sibuk Pak Ustadz?"

Sebuah suara ramah menyentuh gendang telinga Pak Ustadz. Sesaat Pak Ustadz terkejut. Namun, bibir Pak Ustadz mengembang tipis melihat siapa yang menyapanya. Agus! Preman kampung yang mulai sadar.

"Eh, kamu Gus. Ya beginilah...."

Agus tampak rapi. Kemeja berwarna oranye menyelimuti bajunya. Baju seragam. Ya, sejak satu bulan yang lalu Agus memang telah diangkat sebagai juru parkir di pasar. Sebuah anugerah yang sangat disyukuri Agus.

Semuanya berkat jasa Pak Ustadz. Demikian Agus berkali-kali mengungkapkannya bila ada orang yang bertanya,
kok bisa jadi tukang parkir di pasar. Karena Pak Ustadz telah menawari dirinya bekerja setelah Pak Ustadz melobi kepala pasar.

"Mau berangkat?" tanya Pak Ustadz.

"Ya, pak."

"Baik-baiklah bekerja."

"Terima kasih."

Pak Ustadz menepuk-nepuk pundak Agus. Agus sedikit bergetar. Perhatian dan kasih sayang yang diberikan Pak Ustadz tak pernah berubah. Tetap seperti dulu. Entah bagaimana nasib diriku kalau Pak Ustadz tidak menolongku, batin Agus.

"Ini hari Senin, jangan lupa. Semangat ya...."

"Insya Allah, Pak Ustadz."

"I Like Monday...."

Pak Ustadz tersenyum. Agus juga tersenyum.

"Kenapa memang Pak Ustadz?"

"Karena aku bisa puasa Senin-Kamis."

Agus kembali bergetar. Ah, Pak Ustadz. Tak henti-hentinya Bapak memberikan arti dalam kehidupan ini. Agus melangkah pergi.* * *

No comments: