Friday, July 03, 2009

JIHAD HUJAN (I)

Sudah lebih dari setengah jam Pak Ustadz dan Irfan berteduh. Hujan masih mengguyur deras kampung Karangsari di kaki bukit Karangkobar. Langit gelap, dan awan biru seolah enggan memunculkan pesonanya.

Pak Ustadz dan Irfan berteduh dalam sebuah warung kecil. Sambil menanti hujan reda, mereka berusaha menikmati makanan kecil yang terhidang. Pak Ustadz memesan teh hangat. Irfan menyeruput kopi hitam kegemarannya.

"Masih hujan deras Pak Ustadz, bagaimana ini?" tanya Irfan meminta pendapat.

Pak Ustadz melihat jam di pergelangan tangannya. Kepalanya lalu mendongak, melongok langit di atas. Ia tersenyum tipis.

"Kita berteduh saja dulu. Masih banyak waktu. Insya Allah kita tidak terlambat."

Ini adalah kesekian kalinya Irfan diajak Pak Ustadz berdakwah. Awalnya, Irfan tidak mau karena takut dirinya akan menjadi beban bagi Pak Ustadz. Tapi, Pak Ustadz memaksanya. Pak Ustadz bahkan menunjukkan kepada dirinya bahwa ia diperlukan.

Irfan memang ahli dalam mengendarai motor. Jadi, apa salahnya bila Pak Ustadz merasa nyaman bepergian dengan Irfan. Selain itu, Irfan juga cepat hafal dengan situasi jalanan. Maka tak salah jika Pak Ustadz meminta Irfan mengantarkan ke mana saja ia pergi berdakwah.

Irfan bersyukur dapat berdekatan dengan Pak Ustadz yang ia hormati. Ia jadi bisa belajar banyak kepada Pak Ustadz. Soal-soal agama yang tidak ia pahami dengan mudah bisa ia mengerti setelah bertanya kepada Pak Ustadz.

"Irfan, sepertinya hujan tidak akan reda. Padahal, waktu kita mendesak. Kasihan para jamaah yang sudah menunggu...." ucap Pak Ustadz. "Kita lanjutkan saja!"

"Tapi, masih hujan Pak Ustadz. Bisa basah kuyup kita sampai di sana."

"Insya Allah tidak apa-apa."

"Jadi nekad kita
nih, Pak Ustadz..."

Pak Ustadz tersenyum. Irfan menyalakan motornya. Pak Ustadz membonceng di belakang. Berdua mereka menyibak hujan yang deras. Mereka seolah tidak peduli semua itu. Yang ada dalam pikiran mereka hanyalah secepatnya sampai di tujuan dan betrtemu jamaah.

Sekitar setengah jam Pak Ustadz dan Irfan sampai di tempat pengajian. Pak Ustadz turun dan Irfan memarkir motornya. Betapa terkejutnya Irfan saat mendapati tubuhnya jauh dari basah. Kering sama sekali! Bajunya kering, celananya kering. Aneh, padahal di jalanan tadi hujan deras mengguyur kepala.

Irfan memandang Pak Ustadz yang sedang bersalaman dengan panitia pengajian. Sama! Baju dan celana Pak Ustadz juga tidak basah. Kering! Menyaksikan hal itu, Irfan tertegun. Ia seperti hendak pingsan. Ia tidak tahu apa yang terjadi. * * *

No comments: