Tuesday, June 16, 2009

MATA YANG SELAMAT

Sore itu Pak Ustadz hendak menengok Bang Muhar yang sedang dirawat di rumah sakit. Bang Muhar terjatuh dari motor saat menuju kantornya. Bang Muhar bekerja sebagai satpam di sebuah instansi pemerintah.

Ketika sedang berada dalam pembaringan, Bang Muhar terkejut mendapati Pak Ustadz sudah berada di depan pintu kamar.

”Eh, Pak Ustadz. Masuk, pak. Masuk!” seru Bang Muhar setelah menjawab salam Pak Ustadz. Pak Ustadz tersenyum mendengar seruan Bang Muhar.

”Lho, kok nggak ada yang jaga?” tanya Pak Ustadz. ”Sendirian saja, nih.”

Bang Muhar tersenyum kecil. Ia tahu Pak Ustadz ingin menggoda dirinya karena bukankah dirinya memang belum menikah. Masih sendiri. Belum ada yang mau.

Pak Ustadz memperhatikan sekujur tubuh Bang Muhar. Semua tampak tidak ada masalah, kecuali matanya. Mata yang sebelah kiri bahkan tertutup rapat karena diplester.

Kata Bang Muhar, mata itu terkena sodokan setang motor miliknya. Ia jatuh terjerembab setelah gagal menghindari lubang yang berada di depannya.

”Setang motormu sukses menyentuh matamu. Tapi, aku doakan, api neraka tidak mampu menyentuh kedua matamu,” kata Pak Ustadz setengah serius, setengah bercanda.

Bang Muhar merasa tersanjung.

”Ah, Pak Ustadz ada-ada saja. Memang mata seperti apa yang tidak akan terkena api neraka, Pak?”

”Mata yang tidak tersentuh api neraka ada dua. Pertama, mata yang selalu meneteskan air mata karena takut kepada azab Allah. Kedua, mata yang selalu begadang sebab berjaga di jalan Allah.

Hati Bang Muhar berbunga. Ia tersenyum.” * * *

No comments: