Saturday, June 20, 2009

MAKAM INDAH

Ibu Pak Ustadz dimakamkan sore itu. Tidak perlu menunggu keesokan harinya. Terlalu lama nanti. Sesudah dimandikan, dikafani, dan disholatkan, ratusan pelayat mengantar jenazah ibu Pak Ustadz ke tempat pemakaman.

Sepanjang jalan menuju makam, semua larut dalam duka. Beberapa kerabat bahkan masih menyisakan kesedihan yang mendalam. Ibu Pak Ustadz memang ibarat dewi. Segala kebaikan dan ketulusan, keramahan dan kelembutan seperti tidak lekang dimakan waktu.

Maka sepanjang jalan yang terdengar dari bibir para pelayat adalah kebaikan. Kalau tidak mengabarkan kebaikan ibu Pak Ustadz, bibir mereka bergumam, menyebut nama kebesaran Sang Khalik. Mereka seakan ingin bicara, ibu Pak Ustadz, kebaikan, dan Sang Khalik adalah tiga hal yang menyatu. Tak mungkin terpisah.

"Ibu Pak Ustadz memang perempuan hebat. Hatinya yang bersih sukar untuk dilupakan."

"Iya. Hatinya selalu tertambat pada masjid. Ibadahnya tak pernah putus."

"Setuju. Tapi, hati beliau juga selalu menyapa orang kecil yang kesusahan."

"Allahu Akbar! Allahu Akbar!"

Ibu Pak Ustadz diistirahatkan di pemakaman keluarga. Jarak dari rumah keluarga menuju pemakaman hanya sekitar satu kilometer. Tidak terlalu jauh. Karena itu, para pelayat tidak perlu berpeluh saat mengantarkan jenazah.

Saat berada di pemakaman, mereka tertegun sesaat. Sebagian besar dari mereka tidak percaya bahwa mereka berada di pemakaman. Sebab mereka tidak melihat makam yang umumnya kerap mereka lihat.

Makam itu lebih mirip sebuah taman. Bersih. Indah. Menyegarkan. Rumput yang tumbuh terlihat jelas ditata rapi. Batu-batu kecil terhampar sebagai pijakan kaki. Teratur. Memang terdapat beberapa pohon besar, tapi pohon besar itu amat menyatu dengan lingkungan makam. Tak ada kesan menakutkan apalagi angker saat berada di situ.

Para pelayat terpesona dengan makam keluarga Pak Ustadz. Mereka seperti tidak ingin meninggalkannya. Mereka merasa betah. Dalam hati mereka bahkan muncul kerinduan untuk datang ke situ lagi.

Tiba-tiba seorang pelayat berucap lirih.

"Oh, pantas dulu Pak Ustadz pernah berkata. Nabi menganjurkan kita untuk sering melakukan ziarah kubur. Kenapa kita memberlakukan makam sebagai tempat yang angker hingga kita takut mengunjunginya?!"

Para pelayat kini mengerti apa arti sebuah makam bagi Pak Ustadz. Makam memang bukan sekadar kuburan bagi yang mati. Makam juga adalah "perpustakan" bagi yang hidup, tempat semua orang bisa belajar dari kisah kematian seseorang. * * *

No comments: