Friday, November 20, 2009

PENGEMIS ITU MEMBERI

Nadia berlari-lari kecil menuju teras rumah. Tangannya menenteng pecahan uang seribuan. Matanya berbinar. Hatinya berbunga-bunga. Gadis yang manis, gadis yang solehah.

Tiba di depan pintu hatinya tertegun. Ini lagi! Ini lagi! Hatinya berontak. Wajahnya berubah kecut. Masam. Sangat tidak enak dilihat. Tapi, Nadia tak punya daya. Ia menyerahkan pecahan ribuan itu kepada si pengemis.

Dari jauh Pak Ustadz memperhatikan tingkah Nadia yang berubah. Setelah pengemis menghilang dari pandangan dan Nadia berbalik, Pak Ustadz bertanya lembut.

"Kenapa wajahmu, Nak. Kok tiba-tiba berubah kecut?"

Nadia, gadis terkecil, putri Pak Ustadz mulanya tak mau menjawab. Namun, setelah ayahnya agak mendesak, ia akhirnya mau berbicara.

"Abi, Nadia tuh kesel sama pengemis itu. Sering banget deh ia ke sini. Kayaknya baru kemarin ia ke sini, eh sekarang sudah ke sini lagi...."

"Memang kalau ke sini terus kenapa?"

"Lho, kan Abi sendiri yang sering bilang kalau 'memberi itu lebih baik daripada meminta'. Kalau pengemis itu terus-terusan ke sini, kapan pengemis itu punya waktu untuk memberi ke kita. Masa meminta terus?!"

Pak Ustadz tersenyum melihat ucapan Nadia. Dalam hatinya ia bersyukur Allah memberikan gadis yang cerdas kepadanya. Semoga ia menjadi anak yang sholehah, batin Pak Ustadz.

"Nadia, pengemis itu juga memberi kepada kita. Setiap kedatangannya selalu memberi. Kita dan pengemis itu sebenarnya saling memberi."

Nadia tertegun. Ia bingung dengan ucapan ayahnya.

"Pengemis itu memberi....." gumam Nadia.

"Ya benar! Pengemis itu memberi kesempatan kepada keluarga kita untuk memberikan sedikit rezeki yang kita punyai. Coba Nadia pikir, bagaimana kalau pengemis itu tidak datang ke sini? Kita jadi tidak memberi-kan?"

Nadia manggut-manggut
mendengar ucapan ayahnya.

"Dan ingat Nadia, tidak sedikit pengemis yang datang memberi doa kepada kita."

Nadia kini tersenyum. Hatinya lega.


"Anakku, "kata Pak Ustadz kemudian. "Setiap makhluk ciptaan Allah itu ditakdirkan untuk 'memberi'. Matahari memberi cahaya. Angin memberi hawa sejuk. Laut memberi ikan. Lebah memberi madu. Indahkan kalau kita memberi."

Nadia memeluk ayahnya. Ah, betapa bahagianya ia memiliki ayah yang baik hati. * * *

No comments: