Friday, November 20, 2009

ILMU ITU CAHAYA ALLAH

Dua muda mudi itu tersipu malu. Mereka meninggalkan rumah Pak Ustadz dengan wajah bersemu merah. Tak mereka nyana, tak mereka kira. Keinginan untuk meminta nasihat malah membuat mereka menjadi tak nikmat.

Dari jauh Pak Ustadz termenung. Ia tak tahu mesti berbuat apa. Menangis? Tertawa? Sedih? Malu? Ah, muda-mudi sekarang memang umumnya begitu. Ingatan Pak Ustadz membayang beberapa menit yang lalu.

Dua muda-mudi bertamu di rumah Pak Ustadz. Mereka memperkenalkan diri sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Pak Ustadz tinggal. Si perjaka berwajah tampan, modis, dan terkesan anak orang berpunya. Si gadis berpakaian muslimah, sederhana, dan tampak cerdas.

Mereka mengutarakan keresahannya. Kata si gadis itu, akhir-akhir ini dirinya merasakan hal yang aneh. Setiap ilmu yang diajarkan oleh dosennya tidak pernah bisa masuk ke otaknya. Setiap pengetahuan yang didapat dari buku yang dibacanya tidak mampu ia serap. Hilang begitu saja. Ilmu dan pengetahuan itu seperti lenyap tak berbekas.

Akibatnya, nilai kuliahnya turun drastis. Tak hanya itu. Ia juga terancam tidak lagi mendapatkan beasiswa setiap semesternya dari sebuah Yayasan Islam. Padahal dulu-dulunya tidak seperti itu. Si gadis menginginkan otak dan daya ingatnya kembali seperti semula.

"Jadi, apa yang Anda berdua inginkan dari saya?" tanya Pak Ustadz setelah mendengarkan kisah gadis itu.

Dua muda mudi itu saling berpandangan. Mereka seolah bingung. Mereka tak tahu mesti berkata apa. Pak Ustadz mengerti keadaan. Katanya kemudian.

"Barangkali adik sedang punya masalah?"

"Oh, tidak, Pak Ustadz. Tidak."

"Mungkin lagi sakit?"

"Tidak juga. Saya sehat selalu. "

"Mungkin tidak senang dengan dosen atau buku yang Adik baca?"

"Tidak, Pak Ustadz. Saya suka sekali dengan dosen-dosen di tempat saya kuliah. Buku-buku yang saya baca juga mengasyikkan."

Pak Ustadz termenung sejenak. Ia ikut bingung dengan kebingungan yang dialami dua muda-mudi itu. Namun, tiba-tiba tebersit pertanyaan di benak Pak Ustadz.

"Maaf, adik berdua sudah menikah?"

Muda-mudi itu terkejut. Mereka tak menyangka Pak Ustadz akan menanyakan seperti itu. Dengan malu-malu mereka menggelengkan kepalanya. Mereka berkata bahwa mereka adalah sepasang kekasih.

Pak Ustadz tersenyum. Ia kini tahu apa yang menjadi penyebabnya. Namun, Pak Ustadz tak tahu ia mesti mulai dari mana. Tiba-tiba saja sudah meluncur dari bibir Pak Ustadz kata-kata.

"Adik berdua, ilmu itu cahaya Allah. Dan cahaya Allah itu akan diberikan kepada orang-orang yang menjauhi maksiat. Jadi, kalau Adik berdua ingin pintar, cerdas, dan punya daya ingat tinggi, jauhilah maksiat...." * * *

No comments: