Sunday, October 25, 2009

KURIKULUM KELUARGA

Pak Ustadz berjalan cepat-cepat. Ia tidak mau terlambat. Sore ini ia mesti mengisi pengajian di rumah dr. Anhar. Malu kalau sampai terlambat! Selain rumahnya dekat dan dipandang sebagai tokoh masyarakat, dr. Anhar adalah juga orang yang sukses dalam mendidik putra-putrinya.

Dr. Anhar memiliki empat anak, tiga putra dan satu putri. Keempatnya sudah dewasa. Tiga yang pertama, laki-laki sudah menikah dan berprofesi sebagai dokter. Sedangkan si bungsu, perempuan baru saja diwisuda sebagai sarjana teknik.

Rumah dr. Anhar sudah penuh dengan jamaah. Ini hari dia sengaja mengundang Pak Ustadz untuk sekedar merayakan syukuran atas keberhasilan si bungsu. Pak Ustadz diminta berceramah.

"Terus-terang saya bingung untuk berbicara di depan keluarga pak dokter dan para jamaah sekalian," kata Pak Ustadz mengawali ceramahnya. Para jamaah memandang Pak Ustadz dalam-dalam.

"Justru semestinya pak dokter yang berbicara di depan kita semua. Pak dokter mesti memberikan kiat-kiat atau rahasia mendidik anak sehingga anak-anak kita menjadi anak yang berhasil. Sebab hal ini tidak mudah dilakukan. Banyak dari kita yang merasa mampu mendidik anak, pada kenyataannya gagal."

Para jamaah terdiam menyimak keterusterangan Pak Ustadz. Semua seperti mengangguk setuju.

"Kata banyak orang, anak mesti diberi fasilitas agar sukses. Buku, komputer, motor diberikan. Tapi, yang terjadi anak kita malah menjadi anak yang liar. Alasannya belajar komputer, kenyataannya main kebut-kebutan di jalan...."

Para jamaah di rumah dr. Anhar terus menyimak ceramah Pak Ustadz. Ia memberikan penjelasan bagaimana mendidik anak yang berhasil. Kata Pak Ustadz, kunci keberhasilan mendidik anak ada tiga, yakni keikhlasan, keteladanan, dan kasih sayang.

Keikhlasan, karena anak adalah amanah, tapi juga fitnah yang diberikan Allah. Rasa ikhlas akan mengantarkan kita pada sikap ketundukan dan kepasrahan dalam mendidik. Keteladanan, sebab anak perlu contoh, bukan teguran atau makian. Teladan akan membuat anak yakin bahwa kebenaran yang diteladankan orang tua adalah betul adanya. Kasih sayang, karena anak lahir sebagai buah cinta kedua orang tuanya. Kasih sayang menjadikan anak memahami arti persahabatan, pertemanan, dan rasa toleran.

Pak Ustadz selesai memberikan ceramahnya. Ia sengaja duduk berlama-lama di rumah dr. Anhar. Jamaah sudah pulang semua.

"Pak dokter, apa sih kunci keberhasilan Pak dokter dalam mendidik anak?" tanya Pak Ustadz mengagetkan Pak dokter. Pak dokter terkejut sesaat. Ia tak menyangka Pak Ustadz bertanya seperti itu. Bukankah tadi Pak Ustadz sendiri yang sudah menjelaskannya?

Pak dokter memandang wajah Pak Ustadz. Ia melihat ketulusan pada mata Pak Ustadz.

"Kurikulum keluarga!" kata Pak dokter singkat.

"Kurikulum keluarga?"

Pak dokter mengiyakan. Kata pak dokter kemudian.

"Saya menginginkan anak-anak menjadi dokter seperti saya. Maka saya membuat kurikulum keluarga terhadap anak saya agar ia menjadi dokter. Sejak dini anak-anak saya kenalkan dengan profesi dokter agar tumbuh rasa cinta. Kemudian, mereka mesti suka pelajaran sains. Hafalannya harus kuat. Tidak takut darah....."

Pak Ustadz mengangguk-angguk. Ia tahu apa yang mesti dilakukan. Karena ia menginginkan anak-anaknya menjadi anak saleh, ia akan membuat kurikulum keluarga anak saleh. Sholat berjamaah, baca Qur'an bersama, hadir dalam majelis tak'lim, hidup bersih, dan lain-lain adalah persoalan yang mesti masuk dalam kurikulum keluarganya.

Pak Ustadz berjalan pulang. Kurikulum keluarga? Ia tersenyum-senyum. Sendirian.* * *

2 comments:

Agus Selamet SE, MEi said...

Asalamulaikum,kami memiliki kurikulumkeluarga tentunya untuk mneghandatarkan putra putri sukses dunia selamat akhirat....

Agus Selamet SE, MEi said...

Dapatkan kurikulum keluarga untukmenghantarkan putra putri kita sukss duniaselamat akhirat