Wednesday, September 02, 2009

MEREMEHKAN AMAL

Sudah beberapa hari ini Pak Ustadz tidak lagi pernah melihat Mang Karma. Entah ke mana. Tak pernah lagi kelihatan batang hidungnya. Pagi, siang, sore, atau malam. Akibat Mang Karma raib, masjid menjadi sangat kotor. Tak terurus.

Masjid sudah tak nyaman lagi buat beribadah. Lantai masjid jarang disapu dan dipel. Karpet penuh debu. Tempat wudhu tertempel daki. Toilet baunya tak
ketulungan. Pak Ustadz tak tahu, bagaimana mungkin semua ini bisa terjadi. Ah, gara-gara Mang Karma!

Seusai sholat subuh Pak Ustadz mampir ke rumah Mang Karma. Minggu pagi itu. Ia ingin tahu alasan Mang Karma mengabaikan tanggung jawab kebersihan di masjid. Apalagi, tak hanya kebersihan, Mang Karma kini juga jarang ke masjid.

"Alhamdulillah... ada!" batin Pak Ustadz saat melihat Mang Karma sedang asyik ngopi.

"Kok nggak pernah kelihatan lagi, Mang. Ke mana
wae selama ini?" sapa Pak Ustadz ramah setelah terulur salam dari bibirnya.

"Di rumah saja, Ustadz " jawab Mang Karma singkat.

Pak Ustadz manggut-manggut. Istri Mang Karma datang membawa secangkir teh dan pisang goreng. Pak Ustadz mencicipinya setelah ia dipersilakan.

"Begini, Mang...." kata Pak Ustadz membuka cakap. "Itu masjid
kok kotor banget ya. Seperti tak terurus. Sampah ada di mana-mana. Debu seperti melingkari ruangan. Pengap rasanya. Pokoknya tak nyaman...."

Mang Karma tahu, ia yang menjadi pokok masalahnya. Gara-gara saya, masjid jadi kotor! Batin Mang Karman. Ah, tapi peduli amat.

Mang Karma tak bersuara. Bibirnya hanya tersenyum. Tipis. Mang Karma tak mau membuka mulutnya.

"Ada apa memang, Mang?"

Mang Karma tetap tersenyum.

"Ayo, sampaikan kepada saya. Siapa tahu saya bisa bantu."

Mang Karma ragu. Namun, melihat ketulusan hati dan mata Pak Ustadz, Mang Karma luluh juga. Ia pun bicara. Saat pertama bicara, nadanya terdengar seperti tertekan. Semenit kemudian ia seolah meledak.

"Pak Ustadz, saya tidak peduli bila para jamaah tidak menghargai tugas dan tanggung jawab saya. Saya terima jika mereka menghina saya. Tukang jaga masjid! Tukang kebersihan masjid! Apa saja, silakan. Saya ikhlas. Tapi, jangan sekali-sekali mereka meremehkan tanggung jawab saya itu. Bagi saya, jika mereka meremehkan tugas itu, sama saja dengan mereka meremehkan amal perbuatan saya. Soal amal, biarlah Allah yang menilai."

Oh, jadi ini yang membuat Mang Karma mangkir dari tugasnya. Pak Ustadz tersedak. Ia kini yang tak mampu bicara. Mang Karma seolah memprotes dirinya. Karena kelalaian Anda dalam berdakwah, jamaah masjid menjadi lupa berakhlak mulia.


Pak Ustadz merasa bersalah. Pak Ustadz membatin. Mang Karma benar! Betapa banyak orang di sekeliling kita yang seolah alim, seolah ahli ibadah. Padahal, mereka niscaya orang yang lalai. Mereka lalai karena mereka suka meremehkan amal. Amal yang kecil! Amal yang tersembunyi! * * *

No comments: