Thursday, March 18, 2010

LATIHAN JIHAD

Hati Pak Ustadz menjerit keras. Kumandang azan isya tidak membuat beberapa anak muda tergerak masuk ke masjid. Padahal, jamaah masjid sudah mulai penuh. Sholat Isya sebentar lagi dimulai.

Anak-anak muda itu tetap memilih duduk-duduk santai. Mereka asyik ngobrol, ngalor ngidul. Suara gitar dan tawa cekikikan turut meramaikan. Suasana sangat gaduh. Asap rokok yang mengudara seolah menari-nari di atas kepala mereka.


Jamaah masjid mulai gelisah. Mereka diterkam ragu. Bila iqamat dilantunkan, pasti sholat isya jauh dari khusu'. Namun, bila tidak disegerakan iqamat, kapan sholat isya dimulai. Menunggu mereka bubar? Tidak mungkin.


Pak Ustadz menengok ke belakang. Ia memandang beberapa anak muda yang duduk di pojok masjid. Ada lima anak muda di situ. Mereka berpeci semua. Pak Ustadz tahu siapa saja mereka.

"Salah satu di antara kalian. Keluar. Peringatkan teman-temanmu yang di luar itu agar berhenti bermain gitar. Kalau bisa, ajak mereka ke masjid dan sholat."

Kelima anak muda itu terkejut mendengar perintah Pak Ustadz. Mereka saling berpandangan. Masing-masing tidak tahu harus bertindak apa. Mereka ragu. Mereka merasa sungkan. Mereka tak bergerak.


"Ayo! Kenapa kalian diam saja. Apa kalian tidak mendengar perintahku? Tegur mereka. Suruh mereka sholat berjamaah."


Anak-anak muda berpeci itu tak juga beranjak pergi. Mereka malah main tunjuk dan main dorong.


"Ayo, kamu saja!"


"Nggak ah. Kamu saja."


"Kita sama-sama saja, yuk!"


"Nggak bisa. Aku nggak enak."


Pak Ustadz menggeleng-gelengkan kepala melihat anak-anak muda yang berpeci itu. Ia berdiri dan berjalan menuju ke arah mereka.


"Kenapa kalian semua ini. Takut? Sungkan? Merasa tidak enak?"


Anak-anak muda berpeci itu hanya diam. Muka mereka menunduk. Mereka memilih dimarahi Pak Ustadz dibanding memenuhi permintaan Pak Ustadz untuk menegur para pemuda yang bermain gitar di luar masjid.


"Aneh kalian semua! Bagaimana mungkin kalian pergi ke medan jihad di Palestina, Irak, atau Afghanistan jika hanya untuk sekadar menegur mereka yang bermain gitar di dekat masjid saja kalian tidak berani! Payah!"


Pak Ustadz kecewa. Benar-benar kecewa. Ia langsung pergi setelah menumpahkan kejengkelannya. Ia sangat kecewa dengan anak-anak muda yang aktif di masjid. Mereka taat, tapi kurang memiliki keberanian.


Dari dalam masjid, para jamaah melihat Pak Ustadz berbicara dengan para pemuda yang bermain gitar. Para pemuda menyingkir setelah Pak Ustadz menegurnya. * * *

No comments: