Wednesday, February 03, 2010

AMALAN TERMUDAH

Mobil yang ditumpangi Pak Ustadz terus melaju kencang. Jalanan yang naik turun seperti tak berpengaruh. Pak Ustadz, Pak Waqi, dan Turino sebagai sopir seolah amat menikmati perjalanannya.

Mereka bertiga hendak melihat tanah di sebuah kampung. Pak Waqi yang wiraswasta sukses mengajak Pak Ustadz untuk ikut. Pak Waqi sudah punya rencana. Ia ingin membeli tanah itu untuk dijadikan yayasan sosial. Pak Ustadz dimintanya terlibat langsung.

"Saya berharap Pak Ustadz benar-benar terlibat. Tidak hanya ikut nyumbang pikiran dari belakang....." harap Pak Waqi.

Pak Ustadz tersenyum mendengar ucapan Pak Waqi. Katanya,

"Insya Allah. Apabila berjodoh saya pasti bersedia. Tapi, kalau Allah tidak membuat saya berjodoh tentu saya tidak mungkin terlibat. Moga-moga saja harapan Bapak terkabul."

"Saya yakin, Pak Ustadz pasti berjodoh. Sebab hanya Pak Ustadz seorang yang ada dalam bayangan saya untuk menangani, memimpin, dan mengelola yayasan yang hendak saya bangun nanti."

Pak Ustadz kembali tersenyum. Ia tidak menanggapinya.

Suasana hening.

Turino gelisah. Ia menangkap senyap. Sunyi. Kelam. Hanya hembusan dingin yang menyelinap ke tubuhnya. Perlahan-lahan tangan kirinya mengambil dan mengeluarkannya. Ia menyentuh tape yang di mobil. Klik!

Dari dalam mobil terdengar musik. Keras. Sangat keras. House music! Turino tertawa gembira. Bahagia. Reflek, kepalanya langsung bergoyang-goyang mengikuti irama. Ia menikmati betul suasananya. Pak Waqi tersenyum, coba memaklumi. Tapi, tidak dengan Pak Ustadz.

Telinga Pak Ustadz benar-benar terasa sakit. Suara musik yang keluar dari tape mobil itu seperti menghantam bilik-bilik jantungnya. Dugh! Dugh! Hatinya berusaha memaklumi. Namun, semakin lama memaklumi, dadanya semakin sakit. Pak Ustadz sudah tak tahan.

"Mas Turino, saya punya kaset. Bagus banget nih. Kemarin saya dengarkan di rumah. Semua senang, " cetus Pak Ustadz sambil menyerahkan kaset itu kepada Turino.

Turino menerima kaset dari Pak Ustadz. Ia tak kuasa untuk menolak. Ia tahu diri. Ia segera mengganti kaset yang ada di tape. Dari tape kini muncul suara dari langit. Mengalun. Syahdu. Murotal. Bacaan ayat-ayat Al Qur'an.

Turino terdiam. Pak Waqi biasa saja. Pak Ustadz tersenyum bahagia.

"Allah memberi kita banyak kenikmatan. Uang, mobil, dan bahkan tape ini. Maka mari kita rayakan kenikmatan ini dengan amal yang paling mudah. Mendengarkan murotal." * * *

No comments: