Monday, February 08, 2010

AMAL SESAK

Lelaki itu datang begitu tiba-tiba. Tepat di depan Pak Ustadz yang sedang membersihkan halaman rumahnya. Bruk! Buntalan karung menghunjam ke tanah. Pak Ustadz terkejut. Tapi, Pak Ustadz lebih terkejut lagi saat orang itu berkata ramah.

"Ini untuk Pak Ustadz. Hasil panen kebun di belakang rumah. Talas, Pak Ustadz."

Pak Ustadz bingung. Ia tidak mengenal lelaki itu. Sudah sepuh. Mungkin lebih dari enampuluh tahun. Tampak kumal. Bajunya sobek di sana-sini. Badannya juga kotor, penuh dengan lumpur tanah yang sudah kering.

"Ini untuk saya?"

"Iya, Pak Ustadz. Ini semua untuk Bapak. Saya baru saja panen, tiba-tiba ingat Pak Ustadz. Ya sudah talas ini langsung saya bawa ke sini."

Pak Ustadz tetap bingung. Tapi, ia seperti tidak percaya. Ah, masa sih talas sebanyak ini buat aku seorang? Sungguh betapa baiknya orang ini kalau demikian? Benarkah untukku seorang? Namun, tidak adakah keinginan orang ini untuk mengambil "sesuatu" dariku?

Pak Ustadz sedikit curiga. Hatinya berdesir. Ia lalu tersadar kembali. Ya Allah, jauhkan hambamu ini dari sifat suudzon kepada makhlukmu!

"Tapi, kok sebanyak ini. Buat apa saya diberi talas sebanyak ini?"

Orang tua itu tersenyum.

"Talas ini memang buat Pak Ustadz. Semuanya. Tapi, tolong pinjami saya uang limapuluh ribu rupiah. Anak saya besok mau sunat. Saya masih kekurangan uang untuk biayanya...."

Orang tua itu berucap dengan wajah memelas. Wajah ramahnya menghilang. Sesekali gurat kesedihan muncul dari mukanya. Pak Ustadz tergetar. Pak Ustadz memandang wajah orang tua itu. Ah, sungguh pribadi yang patut dikasihani.

Pak Ustadz bergegas masuk ke dalam. Uang limapuluh ribu rupiah segera berpindah tangan dari Pak Ustadz ke orang tua itu. Orang tua itu tersenyum bahagia. Pak Ustadz lebih-lebih lagi. Ia bersyukur dapat menolong orang yang sedang kesusahan.

"Insya Allah, besok uang ini akan saya kembalikan...."

Pak Ustadz mengangguk perlahan. Ia memandang dengan kebahagiaan penuh saat orang tua itu menghilang dari pandangannya. Pak Ustadz melanjutkannya kesibukannya. Tiba-tiba....

"Pak Ustadz! Pak Ustadz!"

Pak Ustadz mendongakkan wajahnya. Amir, pemuda yang aktif di remaja masjid. Berlari-lari kecil.

"Tadi ada orang tua bawa karung ke sini?"

"Iya. Nih, karungnya. Bawa talas banyak banget buat saya."

"Lalu, dia bilang apa sama Pak Ustadz?"

Pak Ustadz terdiam. Ia tidak ingin bicara. Takut amalan kebajikan berbuah riya'. Namun, melihat wajah Amir yang seperti merajuk membuat Pak Ustadz berucap jujur.

"Orang tua itu pinjam uang sama saya. Besok dia mau mengembalikan."

"Ah, Pak Ustadz tertipu, "kata Amir. "Orang itu sudah ke sana ke sini menipu orang. Ini saya lagi mengejar orang itu. Sudah ya Pak Ustadz...."

Pak Ustadz melongo. Ia tidak tahu apakah yang dilakukan terhadap orang tua itu masuk kategori amal yang ikhlas atau bukan saat menyadari bahwa dadanya terasa sesak. * * *

No comments: