Tuesday, August 10, 2010

BERI KEBAHAGIAAN KEPADA IBUMU!

Pak Ustadz sudah lama mengenalnya. Mungkin sekitar lima atau enam tahun. Mereka memang bertetangga, meski tidak terlalu dekat jarak rumahnya. Kegiatan di masjid kerap membuat Pak Ustadz dan dirinya bertemu.

Orang-orang, juga Pak Ustadz, mengenalnya sebagai Aldi. Mulanya, Aldi datang dengan status sebagai mahasiswa. Ia tercatat sebagai mahasiswa pada salah satu perguruan tinggi negeri di kota Pak Ustadz tinggal. Setelah beberapa waktu lulus, Aldi tetap tinggal di tempat itu, bahkan hingga kini. Ia tak pernah pindah.

Ada yang aneh dari Aldi. Selama studi ia tak pernah pulang kampung ke rumah orang tuanya. Juga tidak pernah terdengar orang tua, sanak atau kerabat dari kampung, menengok Aldi. Secara kebetulan Pak Ustadz pernah menanyakan persoalan itu kepada Aldi.

"Aldi, kok tidak pernah kedengaran pulang kampung ya?"

Mendengar pertanyaan seperti itu Aldi hanya tersenyum. Ia seperti malu hati. Lalu jawabnya,

"Belum kepingin pulang, Pak Ustadz. Nanti kalau kepingin pasti juga saya akan pulang."

'Tapi, orang tua masih sehatkan?"

"Tinggal ibu, Pak Ustadz."

Pak Ustadz sedikit tersedak. Tinggal ibu? Ah, kenapa justru malah tidak kepingin pulang jika ibu masih sehat. Pak Ustadz mulai sedikit meraba-raba. Tapi, dalam hati Pak Ustadz tidak timbul sedikitpun rasa curiga.

"Kalau tinggal ibu, kenapa Aldi malah jarang pulang?"

Aldi agak jengah. Mukanya sedikit memerah. Hatinya seperti tersudut.

"Saya ingin membahagiakan ibu saya, Pak Ustadz."

"Membahagiakan?"

"Iya, Pak Ustadz. Saya sudah berjanji dalam hati bahwa saya tidak akan pulang untuk menemui ibu saya sebelum saya sukses dalam studi dan pekerjaan. Sebab, hanya itulah yang mampu membahagiakan ibu saya."

Pak Ustadz tidak kaget dengan jawaban seperti itu. Karena jawaban seperti itu seringkali ia dengar dari mulut banyak orang. Mereka berpikir, hanya sukses dalam studi dan pekerjaan yang akan membuat orang tua bahagia. Ah, betapa rendahnya orang tua kalau hanya dipandang seperti itu.

"Tak bisakah Aldi pulang satu kali dalam setahun?"

"Sepertinya tidak bisa, Pak Ustadz."

"Tak bisakah Aldi pulang setelah enam tahun merantau?"

"Sepertinya belum, Pak Ustadz."

Pak Ustadz merinding. Hatinya bergetar. Ia tak mampu membayangkan betapa rindunya hati sang ibu kepada Aldi, anaknya itu. Kata Pak Ustadz kemudian.

"Aldi, pulanglah besok! Beri kebahagiaan kepada ibumu! Dengan kehadiranmu."

Aldi terdiam. Pak Ustadz pergi menghilang dari pandangan. * * *

No comments: