Tuesday, November 23, 2010

KENTUT BATAL

Selalu saja ada kenikmatan yang tidak mungkin mampu dituangkan ke dalam kata-kata jika Pak Ustadz pergi ke masjid. Apalagi dilakukan bersama kedua anaknya yang masih kanak-kanak. Di kedua tangannya yang menggenggam jari-jari anaknya seolah menguak harapan.

Jelang matahari terbit. Di pagi subuh. Mulanya memang agak susah, tapi lama kelamaan Fakih dan Abdan mampu mengikuti irama yang dimainkan oleh Pak Ustadz. Bahkan keduanya sangat menikmati pergi ke masjid di saat orang lain masih terlelap dalam tidur.

"Abi, Adik tadi sholatnya nggak sah," cetus Fakih tiba-tiba. Nada suaranya seperti menggoda. Pak Ustadz hanya tersenyum mendengar ucapan anaknya yang pertama itu.

Namun, tidak dengan Abdan. Adiknya itu tampaknya tidak suka "belangnya" diketahui orang lain, apalagi sampai dikoar-koarkan.

"Bohong. Kakak bohong, Abi. Sholat Adik sah," balas Abdan dengan wajah sedikit cemberut.

"Memang Adik kenapa?" tanya Pak Ustadz berusaha menengahi.

"Adik kentut."

"Tidak. Adik tidak kentut."

Fakih dan Abdan mulai ribut. Keduanya tak mau kalah. Masing-masing bersikeras dengan tuduhan dan penolakannya. Pak Ustadz paham kalau dibiarkan keduanya bisa bertikai tanpa akhir.

"Kok Kakak tahu kalau Adik kentut."

"Baunya. Kakak hafal banget bau kentut Adik. Ya seperti bau yang ada di masjid tadi."

Pak Ustadz geli mendengar jawaban Fakih. Tak ingin memperpanjang, Pak Ustadz lalau bertanya kepada Abdan.

"Benar, Adik tadi kentut?"

"Adik memang merasa ada bau yang aneh tadi. Tapi, Adik nggak kentut. Bener, Adik nggak kentut. Lagian, itu bukan bau kentut."

Pak Ustadz kini tahu masalahnya. Pak Ustadz kemudian menyudahi masalah itu dengan berucap.

"Abi percaya kalau ada bau yang aneh tadi seperti yang Kakak omongkan. Tapi, Abi juga percaya kalau Adik tadi nggak kentut. Sebab, Adik tadi sudah bilang. Dan tandanya orang kentut itu bukan pada baunya...."

"Lho, pada apanya, Abi?" tanya Fakih dan Abdan hampir berbarengan.

"Tandanya kita kentut
sehingga kita batal sholat itu ada dua. Pertama, ada suara yang keluar dan kedua ada angin yang juga keluar dari lubang belakang kita. Bau itu hanya akibat."

Fakih mengangguk-angguk. Abdan tersenyum puas. Sangat puas. * * *

No comments: