Thursday, August 13, 2009

LETAK KEBAHAGIAAN

Pak Ustadz baru saja menyelesaikan sholat Jum'at. Belum lagi ia berbalik dari mihrab, tempat dirinya menjadi khotib dan imam, tiba-tiba datang seorang lelaki menyalaminya. Tak cukup menyalami, lelaki itu kemudian memeluk erat Pak Ustadz kuat-kuat. Seolah tak mau lepas.

Pak Ustadz terkejut. Keterkejutannya semakin besar sesaat dirinya menyadari bahwa pundaknya telah basah oleh air mata. Ya, lelaki yang memeluk Pak Ustadz itu menangis sesenggukan.

"Mari Pak, kita duduk di sana...."

Pak Ustadz mengajak lelaki yang tidak dikenalnya itu duduk di pojok masjid. Pak Ustadz tahu diri. Ia tak ingin mempermalukan lelaki itu dengan tangisannya di hadapan orang banyak.

Mereka duduk berhadap-hadapan. Pak Ustadz membiarkan lelaki itu menyelesaikan tangisannya. Sesekali Pak Ustadz memegang tangan lelaki itu untuk menguatkan hatinya.

Kini Pak Ustadz dan lelaki itu sama-sama terdiam. Tiba-tiba....

"Pak Ustadz, di mana sebenarnya letak kebahagiaan itu?"

Pak Ustadz terkejut dengan pertanyaan lelaki itu. Naluri sebagai orang yang sering menghadapi orang-orang bermasalah mulai muncul. Pak Ustadz tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut. Pak Ustadz balik menanyakan, ada apa sebenarnya?

Lelaki itu kemudian bercerita bahwa dirinya adalah seorang pengusaha. Perusahaannya memiliki banyak karyawan. Asetnya milyaran. Namun, ia merasakan beban berat yang luar biasa pada hidup dan kehidupannya.

Semua orang di dalam keluarganya seolah menggantungkan hidup dan kehidupan pada dirinya. Semua anggota keluarganya, dari mulai ayah, ibu, mertua, saudara, dan saudara iparnya, tak ada yang coba mengerti dirinya. Mereka seperti hanya mencari keuntungan dari dirinya. Ia merasa sudah tidak kuat lagi.

Pak Ustadz manggut-manggut. Ia mendengarkan cerita lelaki itu dengan takzim. Pak Ustadz lalu memberikan sedikit pencerahan kepada lelaki itu. Di akhir pembicaraan, Pak Ustadz berucap lembut.


"Bapak, kebahagiaan itu letaknya ada pada kebaikan. Jika Bapak ingin bahagia, berbuat baiklah. Karena kebahagiaan itu selalu melekat pada kebaikan."

Pak Ustadz lurus memandang lelaki itu. Lelaki itu hanya terdiam. Khusu'. * * *

No comments: